Laman

Selasa, 28 April 2009

MENJENGUK TKW SINGAPURA KORBAN KEKERASAN DI RS. PKU. MUHAMMADIYAH SRUWENG KEBUMEN






Tepat adzan Dhuhur kami berdua ( Saya / bu Woro bersama dengan Bu Srihadi ) sampai di RS. PKU Muhammadiyah Sruweng, cukup lama kami menunggu kedatangan TIM PK2PA Ibu Wahyu Siswati & , Ibu Wati ) serta Kepala BPPKB ( Badan Pemberdayaan Perempuan & Keluarga Berencana ) / Ibu Ir. Puji Rahayu serta Kabid Ketenagakerjaan Nakertransos ( Tenaga Kerja Transmigrasi & Sosial ) / Ibu Haryati yang didampingi oleh Bpk. Agus Suroto serta LBH ( Ibu Umi, SH )
Tim PK2PA bermaksud menjenguk sekaligus mengupayakan perlindungan Hukum maupun Hak-Hak TKW Singapura bernama Eka Yulianti yang diduga sebagai korban KDRT oleh majikannya, yang menurut penjelasan korban didorong dari lantai 5 rumah majikannya.Hal tersebut terjadi karena korban meminta uang gaji yang sudah 3 bulan belum diberikan padahal korban sudah memerlukannya karena akan segera digunakan untuk membayar tukang yang sedang membangun rumah di desa asalnya Karangpule, Sruweng Kebumen.
Eka Yulianti ini berangkat melalui PJTKI Cilacap PT. Hasrat Insan Nurani dengan Direktur bernama Bpk. Mahdi ( menurut penjelasan orang tua korban Bpk. Turiman dan Ibu Bariah ).
Eka Yulianti / Korban ini mempunyai kontrak kerja sebagai PRT selama 2 tahun di rumah majikannya di Singapura bernama Soo Kee Lim yang beralamat di Bukit Batok Street 11 Blok 1400 Lt. 5 No. 39 Singapura 650140..
Kondisi korban mengenaskan di kaki kirinya terdapat luka bekas sundutan rokok dan terkena panas setrika ( terdapat noda bekas gambar setrika di betis kaki kiri ), luka di punggung telapak kaki serta tumit yang masih di bungkus perban. Sedang bagian muka korban membengkak yang menurut penjelasan pihak tenaga medis RS, PKU. Sruweng karena ada tulang yang retak, juga ada luka bekas jahitan di sudut mata kiri bawah, mata kiri juga mengecil. Menurut informasi korban sudah sempat dirawat di sebuah rumah sakit di Singapura selama 40 hari dalam kondisi koma, bahkan kedua orang tua korban serta suaminya sempat didanai pihak PJTKI tersebut untuk menjenguk korban ketika koma di Singapura tetapi hanya diberi waktu 5 menit sesudah itu segera diminta pulang ke Indonesia. Bahkan ketika korban dikirim ke Indonesia melalui bandara Jogjakarta, orang tua korban diberitahu melalui telpon oleh salah satu dokter JIH ( Jogja International Hospital ). Tidak ada penjelasan siapa dokter tersebut.
Pagi subuh ( 22 April 2009 ) diantar langsung ke RS.PKU Muhammadiyah Sruweng, karena keluarga tidak mampu apabila harus dirawat di JIH karena harus memberikan uang muka sebesar 5 juta rupiah.
Sungguh ironis di tengah memperingati Hari Kartini ada korban seorang perempuan yang nasibnya telah diperjuangkan oleh Kartini.
Ibu Eka yang tengah memperjuangkan nasib hidupnya menjadi korban kekerasan yang sungguh sangat tidak manusiawi. Kondisi keluarga yang guncang karena suami korban kurang bertanggung jawab menambah sejarah memprihatinkan, anaknya bernama Egi Firmansyah berusia 3 ½ tahun kini harus diasuh Kakek Neneknya yang masih menanggung 2putranya yang lain ( adik dari korban ) Rudi dan Adi Tria Bahtiar.
Ketika saya mencoba mengajak berbincang kedua orang tuanya, saya dapati penjelasan bahwa semula perlakuan majikannya ( di rumah majikannya ada 4 anggota lain, yaitu istri, ibu yang disebut nenek oleh korban bernama Sin Ah Chai,serta 2 orang anak yang masih kecil ), bahkan mereka memperlihatkan SMS dari Eka Yulianti saat masih di Singapura. Eka bisa melakukan komunikasi dengan wajar dan lancar ketika di awal-awal bulan bekerja, akan tetapi entah kenapa kemudian majikan menjadi berubah perangai yang menurut dugaan mereka setelah tidak ada pemotongn gaji, Eka dilarang melakukan komunikasi dan sempat mengeluhkan kejahatan majikannya itu juga seringkali dikunci dari luar jika majikannya bepergian.
Informasi terbaru yang saya dapatkan PEMKAB sedang berupaya keras untuk memberikan bantuan serta mengupayakan perlindungan hukum, sungguh angin segar. Bahkan akan diupayakan untuk durujuk ke Rumah Sakit yang ketersediaan alat untuk perawatan korban lebih lengkap ( Karena hasil rontgen menunjukkan luka korban sangat serius sekujur tubuh banyak mengalami keretakan tulang, sehingga memerlukan alat yang memadai untuk perawatannya ). Semoga.
Pada hari Selasa menurut informasi utusan dari Dinas Kesra juga sudah menjenguk dan Psikolog PK2PA ibu Yulaida juga sudah melakukan pendampingan sejak hari Senin.
Kami dari perwakilan PDA Kebumen juga bersama-sama menjenguk ( Ibu Mas’udi. Ibu Nafi Agustina, Ibu Srihadi dan saya sendiri ) pada hari selasa ( 28 April 2009 ).

By : Sekretaris II PDA

2 komentar:

aziz mengatakan...

terus langkah pemerintah gimana tu apa nerima begitu saja ada warganya yang dianiaya sampai seperti itu bu?

pda_kebumen@yahoo.co.id mengatakan...

pemerintah melakukan upaya pendampingan dan bantuan hukum juga mmengusahakan bantuan dana pengobatan.